apa diam itu masih emas?

Banyak komentar yang pasti akan muncul ketika melihat seseorang yang banyak diamnya sama halnya ketika kita ketemu sama orang yang hiperaktif.

Saya sendiri lebih suka diam waktu emosi tiba-tiba naik tak terkendali, saya ndak mau liat setan ada dalam bayangan saya yang ada di kaca. Bukankah marah itu temennya setan?

Kata orang bijak, Diam itu Emas, ya diam itu sama dengan batu mulia itu. Tetapi apa ini masih berlaku sodara? Diam tidak melulu berarti harus puasa bicara, diam juga berarti tidak beraktifitas.

Saya tidak bisa membayangkan, ketika para seleblog™ tiba-tiba mengundurkan diri dari kancah blogosphere yang kian nyata ini. Tiba-tiba hibernasi dan tidak lagi menulis di blog mereka. RSS reader kita tiba-tiba kosong karena tidak ada yang pernah update.

Lebih-lebih kalo seleb yang ini tiba-tiba berubah ID-nya menjadi antodiam atau antoanteng dan tak lagi ngomel-ngomel di blognya. Atau Ndoro yang mendadak sembuh dari pecas ndahe.

Bagi yang sudah kerja, diam itu berarti sp1. Siap2 angkat kaki dari ruangan dan kemasi barang-barang anda.

Tulisan ini saya angkat karena saya baru saja di tegur waktu beberapa bulan lalu ketemu teman saya jaman SMP yang kebetulan dulu sempat jadi wanita TO (target operasi) saya dan dulu berhasil terkena timah panas gombalan saya ala ABG kelas teri.

Q: Tujuh tahun ga ketemu, kamu sekarang kok jadi trouble maker, biang onar.
A: Emangnya kenapa kalo saya jadi tukang ribut, bukankah suasana menjadi hangat gara-gara saya? *PD mode ON*
Q: Heleh, diam itu kan emas toh…
A: Ya saya tau emang mbak-mbak atau wanita ga bisa diam, yang bisa diam itu mas-mas seperti saya ini. Makanya di bikin istilah “Diam itu mas-mas”. Tapi itu dulu, sekarang jaman emansipasi pria, pria juga boleh banyak ngomong toh…..
Q : Wong edaaaannnn…. Gila kamu tuh!!

Lha kalo saya yang gini ini sudah disebut biang onar, bagaimana dengan teman saya Didit, Zam yang konon meyebut diri mereka nabi baru senior ndoyok saya itu? Saya ndak bisa mbayangke kalo didit diam, bisa geger tur bikin porak-poranda di peradaban bumi mataram ini.

19 comments

  1. diam itu memang emas, namun ngak kelihatan ada emasnya.
    emasnya akan kelihatan ketika kita ngomong, terlihat begitu potensialnya kita sehingga emas itu terlihat sudah 🙂

  2. @aprikot
    ketauan, sampeyan fans berat didit yah… 😆

    @antobilang
    kalo kata antisalafy gimana bro?

    @GRaK
    emasnya akan kelihatan ketika kita ngomong, berarti giginya yang emas dong yg keliatan 😀

    @ndoro kakung
    kalo diam saya ini mesra, tapi kalo ribut hmm bikin kepincut *lupa daratan terbang di udara*

  3. @Feri Gunawan
    Kalo lagi pengen komen ya komen, kalo lagi pengen posting ya posting

    @iphan
    kalao casting orang gila, studi banding ke Pakem saja langsung sama praktisinya

    @Funkshit
    Lho, jadi selama ini memang masih mbak-mbak toh? Kok nunggu jadi mas-mas?

  4. aku kadang2 diem klo lagi kesel sm orang, bad mud, dan sbagainya.
    itu klo misalnya mudku lagi jelek2nya, lagi di ujung tanduk.

    habis itu, klo udah ngerasa mendingan, aku balik lagi, ke si uti nan blak-blakan, dan bawel.
    ga mungkin kan aku diem trus sementara orang yg bikin aku kesel makin jadi?

    *hahahaha… curhat colongann :p

  5. diam itu emas. tapi berbicara dengan baik (berbicara hal-hal yang baik maksudnya) adalah permata.
    dari pada emas jelas lebih baik permata… intinya daripada diam, lebih baik berbicara dengan baik 😀

    *kata temanku menegurku karena ku pendiam*

Leave a reply to Nisa Cancel reply