Kerokan

Merasa dipertanyakan sama si eneng yang suka ga bayar angkot, “antara apa hubungan antara warna baru di blog saya, dokter cantik dan polisi” pada tulisan saya kemarin, saya pengen mencoba memberikan klarifikasi melalui tulisan ini. Yah sekedar mengisi waktu luang di tengah semrawutnya pikiran karena ndak bisa browsing dengan kaffah (seperti apa browsing yang kaffah itu?) karena lemotnya koneksi diruangan saya *gedor-gedor pintu ruang admin server*

Kembali kemasalah awal, mengapa setelah sakit dan bertemu dengan dokter cantik itu warna blog saya berubah dengan tema merah dan hitam? Simpel saja, warna itu adalah warna seperti orang habis kerokan. Bagi yang belum tahu menahu soal kerokan atau yang sudah tahu tetapi belum pernah nyoba, hmmm…jangan salah pengobatan tradisional ini cukup mujarab untuk mengatasi masuk angin, flu, tegang di leher akibat salah posisi tidur, perut kembung, dll. Sebelum saya ke dokter, pengobatan ini lah P3K (Pertolongan Pertama Pada saat Kepepet) saya dirumah 😀

Apa yang perlu disiapkan? Uang logam atau koin serta balsem. Orang jawa biasa mengganti balsem ini dengan minyak tanah, minyak urut, krim atau minyak lain yang sifatnya menghangatkan. Saya jadi ndak bisa mbayangken kalau konversi minyak tanah ke elpiji dilakukan di pelosok desa, apa ya mungkin media minyak tanah diganti dengan gas elpiji? Satu lagi yang perlu disiapkan adalah teman atau orang lain untuk mbantu pas bagian punggung, sepertinya ndak mungkin kalau tangan kita melakukan sendiri di bagian itu. Jadi berbaikhatilah kepada orang lain, pas tiba gilirannya jadi ada yang dimintai tolong untuk ngeroki.

Asal muasal pengobatan yang akrab disapa dengan “Kerokan” ini secara tertulis tidak ada yang menyatakan siapa yang menemukan dan sejak kapan mulai digunakan. Kalau ndak percaya silakan tanyakan kepada Ibu, Bapak, Budhe, Bulik atau simbah putri atau mbok-mbok yang ada di pasar sejak kapan tradisi kerokan itu ada.

Bagaimana cara bekerjanya?

Prinsip kerjanya koin atau uang logam digunakan untuk menggosok bagian tubuh setelah diolesi balsem atau media yang pengganti lainnya. Sebenernya tidak harus sampai warnanya “abang ireng” (jawa–merah darah) tetapi secukupnya saja, karena kerokan ini sebenernya tidak bisa mengeluarkan angin melalui pori-pori kulit tetapi hanya membantu menghangatkan tubuh. Tetapi biasanya, semakin gelap warna yang ditinggalkan, semakin berat tingkat penyakitnya.

Efek sampingnya sampai saat ini tidak ada, kalau pun ada tolong saya diberi tau lewat komen di bawah. Tips dari saya, satu hal yang patut diingat dan dilakukan bila sesudah kerokan adalah tidak mandi karena setelah kerokan, pori-pori kulit dalam kondisi terbuka. Lebih baik sekalah kulit dengan lap basah (yang dicelupkan pada air hangat lalu diperas). Mau tau efeknya mandi setelah kerokan? Bukannya sembuh, tapi masuk anginnya tambah parah.

Satu lagi, kerokan itu cuma pencegahan lebih afdolnya periksa ke dokter, siapa tau yang jomblo ketemu jodohnya di tempat praktik dokter itu (sumprit, yang ini bukan pengalaman pribadi saya).

Jadi mengapa saya pilih warna hitam dan merah pada blog saya kali ini, jelas dan simpel karena P3K saya waktu sakit adalah kerokan yang meninggalkan warna abang ireng di punggung saya, akibatnya blog saya ikut terkontaminasi dan ber-“mimikri” seperti warna di punggung saya beberapa waktu yang lalu.

A : Mengapa yang di pake koin atau benda tumpul Nots?
Q : Kalo pake pisau, warna merah itu bukan warna habis kerokan tetapi itu warna darah yang keluar dari punggungmu. Mau nyoba? Sini tak kerokin pake Gobang!! *pinjem ke Raja Gobang*

33 comments

  1. whakakakakk..

    setelah jadi doyoker, sepertinya tmbah pethuk saja postinganmu..

    wakakaka.. apakah kemarin ada arwah penunggu candi yg nempel di punggungmu?

    wakakaka..

    eh eh.. kalo kerokan, bisa jadi ganteng gak ya? kan pori-pori terbuka, kulit muka jelek bisa tampil ganteng?

    wekekekeke

  2. kasih video nya mas, biar bisa kasih gambaran seperti apa gerangan kerokan itu sesungguhnya, syukur-syukur dikasih videonya, syukur-syukur lagi dipatenkan… biar gak direbut ‘negara tetangga’ lagi budaya kita.

    ups… kerokan emang budaya siapa ya ? 😕

  3. alasan yang dibuat2. masih tetep gak nyambung.
    trus apa hubungannya dokter cantik ama warna blog?
    apa krn muka annots yang bersemu merah waktu ketemu dokter cantik?

  4. kerokan itu dianggap aneh sama orang2 yg bukan orang indonesia…secara masuk angin pun ..istilah itu cuma ada diindonesia…
    jd mungkin ajah yg namanya masuk angin tuh sbnernya cuma sugesti ajah… gara2 kecapean

  5. @zam
    keknya setelah kita ngambil jambu monyet di candi ijo kemaren jadi tambah pekok dab….

    @adiwei
    hmmm, anda mau jadi modelnya? *nyiapin gopekan sama balsem*

    @petter
    Nyambung ga nyambung yang penting apdet lah 😆

    @celo
    di kosnya antobilang maksudnya? Wah sudah terlalu banyak kamar kos yang saya kunjungi *dipelototin ibu kos*

    @zazi
    U mesti coba non…

    @doyoker lagi cuti™ a.k.a Didit
    Jakarta ga ada candinya lho, kamu mau bikin kerajaan disana pow?

    @imcw
    Kata mbah dukun sebelah, kalo ga kerokan itu ga bagus kalo ditunda, masuk anginnya bisa tambah parah lho..

    @ekowanz
    emoh ah, kurang mesra itu mintanya….

    @The Sandalian
    Woalah apa ndak serasa di panggang? Puanas puoool itu, kalo sudah mateng bisa di icipi punggung bakarnya *dilarang menyebut merk ya…*

    @icha
    Masuk angin kalo di barat sana apa istilahnya? On air apa Air in, gyahahahaha…

    @didut
    ah situ nyari pijet refleksi atau pijet plus?

    @antobilang
    Kamu sudah punya membercard di salon mana aja To?

  6. kerokan asal katanya dari “kerok” dan imbuhan “an”. artinya mengerok, karena an sebagai pembentuk kata kerja. – Comment ra nyambung dan gak jelas yo ra popo.

Leave a reply to icha Cancel reply